Senin, 14 Mei 2012

Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW



1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞    Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞    Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞    Utsman bin Affan
۞    Zubair bin Awam
۞    Sa’ad bin Abu Waqqas
۞    Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi,yang namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:
1.     Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2.     Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞    Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞    Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞    Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:
1.     Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
2.     Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
3.     Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
4.     Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
۞    Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞    Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).

Reaksi Masyarakat Mekah Terhadap Nabi Muhammad



Rasulullah bangun melaksanakan tugasnya itu dan membongkar khurafat-khurafat syirik dan kepalsuannya. Rasulullah memperingatkan hakikat berhala-berhala yang mereka sembah itu yang ketiadaan nilai sedikit pun. Baginda mendedahkan kekosongan fungsinya dengan contoh-contoh sebagai pendekatan. Baginda menjelaskan dengan kenyataan-kenyataan, di mana para pemimpin yang dianggap sebagai perantaraan menghubungkan mereka dengan Allah adalah kerja-kerja yang sia-sia dan sesat semata-mata. Seluruh Makkah menjadi berang dan marah, merasakan satu kepelikan dan aneh seterusnya membantah dan memprotes terhadap tuduhan dan ancaman yang menganggap orang musyrikin dan penyembahan berhala sebagai sesat, tuduhan itu dianggap melulu bak halilintar berdentum di celah mendung langit, menggegar suasana yang penuh kedamaian. Kaum Quraisy bangun serentak untuk menyekat satu revolusi yang muncul dengan tiba-tiba, mereka curiga ianya akan melenyap dan meranapkan budaya hidup yang mereka warisi selama ini.
Mereka bangun serentak, kerana mereka mengetahui dengan pasti bahawa “beriman” itu ertinya menafi seluruh tuhan selain dari Allah. Beriman dengan risalah Muhammad dengan hari Akhirat bererti penyerahan total dan pengakuan yang mutlak, dengan ertikata mereka sudah tidak mempunyai sebarang pilihan lagi pada diri mereka mahupun pada harta mereka lebih-lebih lagi terhadap orang lain. Ini juga bermakna penafian kekuasaan dan kelebihan mereka ke atas bangsa Arab atas nama agama. Kerana mereka enggan melaksanakan kehendak Allah dan RasulNya, sanggup mempertahankan penganiayaan yang mereka lakukan selama ini terhadap lapisan bawahan mereka, berkeras untuk meneruskan kejahatan yang mereka sudah berbudaya dengannya pagi dan petang, mereka arif kesemua perilaku yang memalukan ini, maka itulah yang menyebabkan jiwa mereka enggan untuk menerima risalah Muhammad (s.a.w), untuk kebaikan dan kemuliaan, tetapi sebaliknya rela untuk meneruskan kejahatan seperti firman Allah:
“Bahkan manusia menghendaki untuk terus berjahat di masa yang akan datang”.
(al-Qiyaamah: 5)
Mereka sedar semuanya ini, tetapi apakah yang akan mereka lakukan berhadapan dengan lelaki yang benar dan beramanah ini, yang merupakan contoh ideal kepada akhlak mulia dan kemanusiaan yang sempurna, selama ini mereka belum pernah menemui satu contoh dan bandingan seperti Muhammad s.a.w ini disepanjang sejarah mereka dan sejarah ibu bapa mereka. Apakah yang akan mereka lakukan? Mereka sebenarnya kebingungan dan memanglah wajar mereka kebingungan.
Setelah menilik pemikiran mereka sematang-matangnya, didapati tiada jalan lain selain dari menemui bapa saudaranya Abu Talib, mereka akan meminta jasa baik Abu Talib supaya menghalang anak saudaranya itu, dari meneruskan tindakan memperlecehkan berhala-berhala mereka, untuk mengemaskan tuntutan mereka itu, mereka akan mendakwa: Bahawa tindakan dan seruan untuk meninggalkan tuhan-tuhan mereka, di samping menyatakan ketiadaan sebarang faedah atau sebarang daya pun bagi berhala-berhala itu, adalah satu penghinaan dan merendah-rendahkan nenek moyang mereka yang mewarisi agama ini. Sebaik sahaja mereka dapat idea ini terns mereka berhadapan dengan Abu Talib.
PERWAKILAN QURAISY MENEMUI ABU TALIB
Ibnu Ishak meriwayatkan; tokoh-tokoh pemuka Quraisy bergerak menemui Abu Talib dan mereka bersuara: Wahai Abu Talib, sebenarnya anak saudaramu itu telah mencela tuhan-tuhan kita, memperbodohkan agama pegangan kita, memperkecilkan pemikiran kita dan mendakwa datuk nenek kita dalam kesesatan. Di sini kami menuntut samada kamu berhentikannya dari kata-katanya itu, atau berikan kami laluan untuk kami buat perhitungan dengannya. Kamu pun sama dengan kami juga, tidak mempersetujuinya, ayuh kita bersama-sama menghalangnya. D sini Abu Talib menjawab kepada mereka dengan kata-kata yang lunak dan jawapannya pun bermuslihat, dengan itu mereka semua pulang, sedang Rasulullah kekal dengan usahanya itu mengembang agama Allah dan menyeru kepadanya.
MAJLIS PERMESYUARATAN BERSIDANG UNTUK MENCEGAH JEMAAH HAJI DARI MENDENGAR SERUAN RASULULLAH
Di dalam tempoh hari-hari ini, timbul satu perkara baru yang merunsingkan Quraisy kerana musim haji pun sudah tidak berapa bulan lagi, sedang dakwah secara terang-terangan mula mengorak langkahnya. Rombongan haji tidak lama lagi akan tiba, mereka harus ada satu kata-kata sakti mengenai diri Muhammad (s.a.w) yang mampu menghalang dakwahnya daripada mempengaruhijiwa bangsa Arab. Dengan itu mereka berkumpul bersama al-Walid Ibn al-Munghirah, membentuk kata-kata sakti itu, maka kata al-Walid: Kamu harus bersatu danjangan ada di antara kamu yang berselisih atau mendusta antara satu sama lain, atau ada yang menolak pendapat orang lain, maka mereka semua sekata. Ayuh kamu yang kemukakan. Lalu mereka menyebut: Kita katakan dia seseorang sami, jawab al-Walid: Demi Allah dia bukan seorang sami, semua kita pernah melihat sami-sami, kata-katanya itu bukan kata-kata sami atau gurindamnya. Kata mereka: Jadi kita “katakan dia gila”, kata al-Walid: Dia tidak gila, kan semua kita pernah tengok orang gila dan kita kenalinya, cakapnya bukan repekan, “dia seorang penyair” kata al-Walid:
Tidak dia bukan penyair, sebab semua kita kenalijenis-jenis syair, sama ada yang berbentuk raj 07. atau hazajnya., kata-katanya itu bukan syair, maka kata mereka: Kalau itu pun tidak kita katakan, beliau tukang sihir. Kata al-Walid: Sihir pun bukan sebab semua kita mengenali sihir itu, kata-katanya itu bukan mentera ataujampi sihir, maka kata mereka: Kalau semuanya ini tidak maka apa yang hendak kita kata: Maka al-Walid pun berkata :
“Demi Allah kata-katanya itu begitu manis, bagai sepohon pokok bawahannya sangatsubur, cabangnya berbuah, cakap-cakap kamu semua itu karutbelaka, paling hampir sekali kamu berkata dia seorang ahli sihir kerana kata-katanya itu memukaukan, kata-katanya itu adalah sihir yang boleh memecah belahkan di antara seseordng dengan ayahnya atau saudaranya atau isteri atau dengan seluruh keluarganya, oleh itu hindarlah din kamu darinya ” Sesetengah riwayat mengatakan bahawa al-Walid setelah menolak semua bentuk cadangan pemuka-pemuka Quraisy tadi, beliau telah dipinta, dengan kata mereka: Cuba kamu tunjukkan kepada kami satu pendapat yang kemas dan tidak boleh diperbodohkan, jawab al-Walid kepada mereka: Berilah kepada aku tempoh untuk ku berfikir. Dengan itu al-Walid pun cuba berfikir dan berfikir, akhirnya beliau kemukakan pendapat tadi.
Allah s.w.t mendedahkan kisah al-Walid itu di dalam surah al-Muddasir sebanyak tujuh ayat:
Kerana sesungguhnya ia telah memikirkan dan mereka-reka berbagai tuduhan terhadap Al-Quran.
Maka binasalah dia hendaknya! Bagaimanakah dia berani mereka-reka (yang demikian)?
Sekali lagi: binasalah dia hendaknya! Bagaimana ia berani mereka-reka (tuduhan-tuduhan itu)?
Kemudian ia merenung dan memikirkan (berkali-kali: jalan-jalan mencaci Al-Quran, tetapi ia gagal);
Setelah itu ia memasamkan mukanya serta ia bertambah masam berkerut;
Kemudian ia berpaling (dari kebenaran) dan berlaku sombong angkuh,
Serta ia berkata: ” (Al-Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dituntut serta dipelajari (dari ahli-ahlinya);
“Ini tidak lain hanyalah kata-kata (rekaan) manusia!”
(Al-Muddaththir 18-25)
Setelah majlis permesyuaratan bersetuju untuk menerima pakai cadangan al-Walid, maka semua mereka mengawal pintu masuk orang-orang haji di musim itu, tak seorang pun yang tidak diberi maklumat yangjahat itu, malah kesemua mereka menerima peringatan dari pemuka-pemuka Quraisy.
Yang melaksanakan tugas jahanam itu ialah Abu Lahab, kerana apabila Rasulullah mengikuti sesetengah orang di musim itu ke kediaman mereka, ke pasar Ukaz, Mijannah dan Zul Majaz untuk mendakwah mereka ke agamanya, Abu Lahab akan mengekori dari belakangnya dan memberi tahu kepada mereka: Jangan kamu percaya dia, dianya seorang yang sudah keluar agama serta mendusta.
Hal ini menyebabkan apabila orang-orang Arab balik dari haji, mereka menyebarkan kisahnya di seluruh pelusuk bumi Arab.

Perubahan Mayarakat Mekah



Setelah terjadinya penaklukkan terhadap kota Mekah,penduduk kota tersebut yang masih menganut kepercayaan watsani tiba-tiba berbendong-bondong menyatakan bahwa mereka masuk Islam.

Maka sejak itu terjadi perubahan-perubahan yang besar terhadap mereka baik dari segi watak,budaya dan kepercayaan.Dari segi watak,perubahan yang terjadi yaitu bangsa Arab yang semula sangat bangga dengan kabila,darah dan turunannya masing-masing maka ketika Islam telah menjadi agama yang mereka anut mereka dipersatukan di atas suatu bendera dengan satu nama yaitu Islam.

Sehingga bangsa Arab saat itu saling menghormati satu sama lain dan karena itu pula perselisihan-perselisihan antar kabila yang sering terjadi pada masa jahiliah dapat dihindarkan.Islam juga mengajarkan untuk saling menyayangi satu sama lain ,menyambung tali silaturahim dan bertetangga dengan baik.

Dilihat dari segi budaya,perubahan yang terjadi ialah:

• Bangsa Arab yang semula sangat gemar melantunkan dan mendengarkan syair-syair para penyair di pasar Ukaz pada zaman Islam, mereka asik membaca Qur'an siang dan malam.

• Kebiasaan meratap yang serimg dilakukan pada masa jahiliah mereka tinggalkan.Karena agama Islam telah melarang perbuatan meratap.

• Pada zaman Islam,bangsa Arab juga telah merubah kebiasaan mereka yang suka membunuh anak perempuan yang baru lahir.
• Terhapusnya sistem perbudakan karena dalam Islam semua orang memiliki hak yang sama.

• Adanya pengaturan terhadap pernikahan.Sehingga kebiasaan mengawini janda bekas ayah yang dilakukan oleh masyarakat jahiliah dilarang.

Perubahan-perubahan yang dibawa Islam dalam sistem kepercayaan bangsa Arab sangat jelas terlihat.Bangsa Arab tidak lagi menyembah berhala,matahari dan bulan.
Mereka mengamalkan ajaran-ajaran islam seperti: salat,puasa,membayar zakat,dan berhaji.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan-perubahan besar yang dibawa oleh agama Islam bagi masyarakat Arab.Perubahan-perubahan itu dapat terlihat dari segi watak,budaya dan juga kepercayaan masyarakat Arab yang semula mereka kaum yang suka berbangga diri,memperlakukan anak perempuan dengan buruk serta melakukan pemujaan terhadap berhala-berhala yang mereka anggap dapat melindungi mereka menjadi kaum yang saling hormat-menghormati dan menyembah Allah SWT.

Meskipun untuk menuju semua perubahan itu,nabi Muhammad mendapatkan tantangan yang luar biasa beratnya dari bangsa Arab itu sendiri,tetapi akhirnya mereka semua dapat menerima dan meyakini bahwa ajaran yang dibawa okeh nabi Muhammad itu adalah ajaran yang menyeru pada kebenaran.

meneladani dakwah rasulullah



Sebagai umat Islam, kita wajib mengikuti ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW baik yang berupa wahyu Allah SWT maupun sunnah-sunnah beliau. Al-Quran sebagai sumber kebenaran universal kita kaji dan amalkan dengan mengikuti petunjuk dari Rasulullah SAW. Wahyu Allah diturunkan bagi umat manusia supaya selamat di dunia dan akhirat. Begitu juga dengan diutusnya Muhammad sebagai nabi dan rasul-Nya sebagai penuntun umat manusia agar senantiasa berada di atas kebenaran. Saat ini jumlah kaum muslimin di dunia sudah mencapai jutaan jumlahnya. Mereka terdiri dari bermacam suku bangsa, kebudayaan, watak, pengetahuan, sifat, dan letak geografis yang beraneka ragam. Rentang jarak waktu sejak dari masa Rasulullah hingga saat ini sekitar 14 abad lamanya. Jumlah yang besar dan selisih dengan masa Rasulullah yang cukup besar ini mempengaruhi umat Islam dalam memahami ajaran Islam. Mereka mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan utusan Allah SWT, namun sikap mereka terhadap ajaran Islam bermacam-macam. Setidaknya ada empat model umat Islam dalam mengamalkan ajaran Islam.
1.     Mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah dan penutup para nabi kemudian mengikutinya dengan penuh ketaatan. Kelompok inilah yang paling ideal,
2.     Mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah dan penutup para nabi namun mereka enggan mengikutinya. Mereka masih lebih condong kepada hawa nafsunya daripada mengikuti ajaran Rasulullah.
3.     Mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah dan penutup para nabi namun mereka tidak mau mengikutinya.
4.     Mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulullah dan penutup para nabi namun berlebih-lebihan dalam mengikutinya. Diantara umat Islam masih sering kita temui amalan-amalan yang dilakukan tanpa dasar yang jelas namun ditujukan untuk beribadah.
Itulah gambaran umat Islam secara umum apabila dilihat dari cara mereka mengikuti ajaran Rasulullah. Faktor kebudayaan setempat, tingkat pemahaman terhadap ajaran Islam, dan juga lingkungan sangat mempengaruhi cara umat Islam dalam mengikuti ajaran Islam. Umat Islam wajib ber-ittiba’ kepada Rasulullah, mengikuti ajaran Islam sesuai dengan apa yang dicontohkannya. Beliau termasuk tokoh “Revolusioner” yang berhasil mengubah hal-hal yang prinsip di dunia ini, yakni aqidah. Masyarakat dunia yang semula menganut Politeisme hijrah ke ajaran monoteisme yang menyembah Allah Yang Maha Esa. faktor-faktor yang membuat Rasulullah mampu melakukannya antara lain sebagai berikut:
1.     Nabi Muhammad SAW merupakan uswatun hasanah, suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia. Sejak kecil Muhammad sudah mendapatkan gelar al-amin dan karena gelarnya inilah beliau dipercaya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah kaumnya. Beliau juga dikenal memiliki kesabaran yang luar biasa. Salah satu kisah yang cukup popular adalah ketika beliau pulang malam lalu tidur di luar pintu karena istrinya tidak mendengar beliau mengetuk pintu. Kisah lainnya adalah ketika beliau menanyakan masalah perkawinan bunga kurma kepada petani lalu pertanyaan itu dianggap sebagai nasihat Rasulullah. Ketika nasihat tersebut diikuti yang terjadi justru gagal panen. Rasulullah pun cepat-cepat meminta maaf ketika mengetahui hal tersebut.
2.     Orang-orang yang bersamanya tegas terhadap orang-orang kafir yang merupakan musuh Islam. Kita mengenal sahabat Abu Bakar RA, Umar bin Khattab RA, dan sahabat lainnya yang begitu tegas sikapnya terhadap orang-orang kafir. Keberadaan mereka membuat Rasulullah semakin mantap dalam berdakwah.
3.     Menjalin kasih sayang terhadap sesamanya. Sudah tidak asing lagi bagi kita ketika Rasulullah mengajarkan bahwa satu muslim dan muslim lainnya itu ibarat satu tubuh, apabila satu merasakan sakit maka yang lain pun ikut merasakannya.  
4.     Kaum muslimin yang hijrah dari Mekah (kaum Muhajirin) dipersaudarakan dengan kaum Muslimin dari Madinah (Anshar). Jalinan persaudaraan yang kuat dalam tubuh kaum Muslimin sangat mendukung daulah yang didirikan Rasulullah di Madinah.
5.     Rasulullah mencontohkan dan mengajarkan tertib dalam ibadah serta terampil dalam urusan keduniaan.

meneladani dakwah sahabat rasulullah



”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
(Q.S. at-Taubah: 100) Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani mengatakan: “Sahabat adalah orang yang bertemu Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal di atas Islam, termasuk orang yang bermajelis dengan beliau meskipun hanya sebentar, termasuk pula orang yang meriwayatkan hadis dari beliau maupun tidak. Demikian juga orang yang pernah melihat beliau meskipun tidak duduk dalam majelis beliau, atau orang yang tidak pernah melihat beliau karena buta akan, akan tetapi pernah bertemu dengan beliau. Dan yang juga termasuk dalam definisi ini, orang yang beriman lalu murtad (keluar dari Islam) kemudian kembali lagi ke dalam Islam dan wafat dalam keadaan Islam, seperti Asy’ats bin Qois radiyallahu’anhu”.
Adapun orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hidup satu masa dengan beliau tetapi belum pernah berjumpa dengan beliau maka tidak dinamai “sahabat”, seperti halnya Raja Najasyi.
Persyaratan yang paling pokok agar bisa disebut “sahabat” adalah beriman kepada Rasulullah SAW dan meninggal dalam keadaan Islam. Oleh karena itu, orang yang bertemu dengan beliau dan beriman kepada beliau namun meninggal dalam keadaan murtad, bukan termasuk kategori sahabat, seperti Ubaidillah bin Jahsy. Pada awalnya ia masuk Islam, kemudian hijrah ke Habasyah dan setelah itu Ubaidillah bin Jahsy memeluk agama Nashrani dan meninggal dalam kekufurannya.
Sahabat sebagai orang terdekat Rasulullah SAW tentunya merupakan orang-orang kepercayaan Rasulullah SAW, menjadi orang-orang terdepan menolong Rasulullah dalam menyampaikan risalah Islam. Masa-masa dimana Islam pertama kali disebar merupakan masa-masa sulit dimana nyawa adalah taruhannya, peperangan merupakan suatu yang wajib dilajalani bagi para sahabat untuk mempertahankan Islam. Harta, benda, dan keluarga juga turut dikorbankan. Tetapi hal ini bukan menjadi halangan bagi Rasulullah dan para sahabat untuk terus melangkah karena Allah SWT berada di belakangan kaum muslimin. Ini terlihat dan dirasakan jelas oleh Rasulullah SAW dan sahabat saat berada di medan perang, sebagimana firman Allah SWT di surat at-Taubah ayat 40 yang artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Abu Bakar ash-Shiddiq
Beliau dilahirkan dua tahun beberapa bulan setelah lahirnya Rasulullah SAW, beliau tumbuh di kota Makkah dan beliau tidak meninggalkan kota tempat tinggalnya kecuali untuk tujuan berdagang. Beliau adalah penghulu suku Quraisy dan ahlu syura diantara mereka pada zaman jahiliyah. Beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah. Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripada beliau, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali masuk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhum.
Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal radhiyallahu ‘anhu. Beliau selalu mengiringi Rasulullah SAW selama di Makkah, bahkan dia lah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi di dalam gua dalam perjalanan hijrah hingga sampai ke kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullahu SAW baik perang Badar, Uhud, Khandaq, penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata,: “Kami memilih orang-orang di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar, kemudian Utsman”. Dan Imam Ath-Thabari menambahkan di kitabnya ‘Al-Kabir’ maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui hal itu dan berkata : “Tidaklah seorang nabi pun kecuali ia memiliki dua wazir (pendamping) dari penduduk langit dan dua wazir dari penduduk bumi, adapun pendampingku dari penduduk langit adalah malaikat Jibril dan Mika’il, sedangkan pendampingku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar”.
Umar bin Khattab
“Ya Allah…buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab.” Salah satu dari doa Rasulullah SAW pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, mencetak mata uang dirham, dan masih banyak lagi pencapaian-pencapaian yang diraih Umar bin Khattab.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.” Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya.
Utsman bin Affan
Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya. Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Islam dan masyarakat umum.
Sebagai Contoh :
1.     Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
2.     Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
3.     Beliau mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
4.     Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Ali bin Abi Thalib
Ia di kenal sebagai jagoan bangsa Arab yang mempunyai kemahiran memainkan pedang dengan tangguh. Sementara itu, baju besi yang dimilikinya berbentuk tubuh bagian depan di kedua sisi, dan tidak ada bagian belakangnya. Ketika di tanya, “Mengapa baju besimu itu tidak dibuatkan bagian belakangnya, hai Abu Husein?” Maka Ali bin Abi Thalib akan menjawabnya dengan mudah, “Kalau seandainya aku menghadapi musuhku dari belakang, niscaya aku akan binasa.” Ia adalah sosok yang sempurna, penuh dengan kemuliaan. Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk dalam perkara yang syubhat dan tidak pernah melalaikan syari’at. Seorang yang zuhud, dan memilih hidup dalam kesederhanaan. Ia makan cukup dengan berlaukkan cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. Memakai pakaian yang kasar, sekadar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin menghempas. Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar dan memilih untuk tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian butiran-butiran air di lautan.
Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang yang sezaman dengannya melihat ia sedang bergurau, padahal hal itu adalah suatu bagian dari sifat kesempurnaan yang melihat apa yang ada di balik sesuatu, dan memandang kepada kesempurnaan. Ia menginginkan agar realitas yang tidak sempurna berubah menjadi lurus dan meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan adalah ‘anak’ dari kritik. Dan ia adalah ‘anak’ dari filsafat. Menurutku, gurauan yang tepat adalah suatu tanda ketinggian intelektualitas para tokoh pemikir dalam sejarah.
Ia terkenal dengan kefasihannya, sehingga ucapan-ucapannya mengandung nilai-nilai sastra arab yang jernih dan tinggi. Baik dalam menciptakan peribahasa maupun hikmah. Ia juga mengutip dari redaksi Al Quran, dan hadits Rasulullah SAW, sehingga menambah benderang dan semerbak kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di puncak kefasihan bahasa dan sastra Arab.
Kisah empat orang sahabat yang juga merupakan khalifah tersebut merupakan sedikit kisah dari banyak para sahabat Rasulullah SAW lainnya yang pantas kita teladani. Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radiyallahu’anhum adalah empat orang sahabat diantara sepuluh orang sahabat yang dijamin oleh Allah SWT untuk masuk surga. Jelas, dengan komitmen dan keistiqomahan merekalah yang menjadikan mereka mendapatkan tempat tertinggi di mata Allah SWT dan Rasul-Nya. Begitu pula dengan sahabat-sahabat Rasulullah SAW lainnya, membela Islam dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridha Allah SWT.
Tidak terkecuali kita, sebagai umat penerus dan pengemban estafet dakwah Rasulullah SAW memiliki kewajiban untuk selalu menebar hikmah dan menegakkan pilar Islam di tengah-tengah kehidupan sekarang ini yang penuh dengan ‘kegoncangan’ iman. Meneladani kisah-kisah sahabat dapat memupuk rasa cinta kita terhadap Islam dan menambah keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah genarasiku, kemudian generasi sesudahnya, kemudian generasi sesudahnya lagi”. (HR: Bukhori, Ahmad, Tirmidzi).
Ibnu Mas’ud radiyallahu’anhu mengatakan: “Barang siapa di antara kalian yang ingin mencari teladan, maka teladanilah para sahabat Nabi SAW. Sesungguhnya mereka adalah umat yang palik baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit membebani dirinya, paling lurus petunjuknya dan paling bagus keberadaannya. Mereka adalah kaum yang Allah pilih untuk menemani Rasulullah SAW. Ketahuilah, pada mereka ada banyak keutamaan, ikutilah atsar-atsar mereka, sesungguhnya mereka berada pada petunjuk yang lurus”.