Jumat, 19 Oktober 2012

Bagaimana Koloni Semut Bergotong Royong

Pagi yang riang. Koloni semut beriring, berbaris mengangkut persediaan makanan ke sarang. Sehelai daun melayang-layang di udara. Ups! daun itu jatuh ditengah-tengah barisan semut. Rombongan yang terhalang daun pu kalang kabut. Terpisah dari kelompoknya, mereka kehilangan jejak dan tak tahu ke arah mana harus berjalan. Adegan itu membuka film A Bug's Life yang diproduksi Pixar Animation Studios pada 1998.
     Kehidupan penghuni kecil rumah kita ini sekilas tak menarik. Namun, pernahkah Anda bertanya bagaimana sekitar 100.000 semut dalam satu koloni bergotong-royong mengangkut makanan dari tempat yang berjarak kira-kira 2.000 kali lipat panjang tubuhnya?
     Ada sistem navigasi yang menakjubkan pada hewan berukuran 5 milimeter ini. Semut akan pergi dari sarangnya untuk mencari sumber makanan. Agar tak kehilangan arah pulang, semut meninggalkan jejak senyawa kimia feromon di tanah melalui sengat pada bokongnya. Ketika semut menemukan sumber makanan, ia akan membawa pulang makanan ke sarang dengan mengikuti jejak feromon yang telah dibuatnyasambil menjatuhkan lebih banyak feromon. Jejak feromon ini akan tercium semut-semut lain dan membantu mereka menemukan sumber makanan dengan mengikuti rute yang sama.
     Peraih Nobel Fisika 1965 Richard Feynman pernah terheran heran melihat jejak semut yang begitu lurus dan rapi. Ia pun melakukan penelitian tentang navigasi semut. Ia meletakkan sebongkah gula disalah satu ujung bak mandi. Ia menunggu semut datang, kemudian mengikuti jejaknya yang berkelok. Ia mengamati perilaku semut lain yang tahu keberadaan gula tersebut dari jejak feromon semut pertama. Hasilnya, semut-semut yang datang belakangan tidak melulu mengikuti jejak semut pertama. Mereka dapat membuat rute lebih pendek dengan mengambil jalan memotong sampai akhirnya jejaknya berbentuk garis lurus. Hal ini dibuktikan pula secara matematis oleh ahli komputer Alfred Bruckstein.
     Semut juga hewan yang amat kompak. Selain sebagai penunjuk jalan menuju sumber makanan, feromon juga mereka gunakan untuk mempertahankan diri dari musuh. Ketika bahaya mengancam, semut pekerja menyebarkan feromonnya ke udara untuk mengumpulkan pekerja lain. Begitu pula ketika semut menggigit. Selain meninggalkan rasa sakit, semut juga melepaskan feromon yang diharapkan mendatangkan bantuan jika terhidu semut-semut lain. Waah, hati-hati ya jika digigit semut... [NOV]

Sumber: Koran kompas


          Huuh semut itu kompak banget yaa...selalu begotong royong. Andai organisasi yang kita jalani saat ini bisa sekompak semut-semut diatas,pasti kita bisa sukses meraih satu tujuan. Aku posting artikel ini untuk mengaspirasikan pikiranku terhadap teman-temanku diluar sana, semoga mereka melihat artikelku. Dan untuk Anda yang sudah mengunjungi blog Saya, Terima kasih....