Senin, 14 Mei 2012

meneladani dakwah sahabat rasulullah



”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
(Q.S. at-Taubah: 100) Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani mengatakan: “Sahabat adalah orang yang bertemu Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal di atas Islam, termasuk orang yang bermajelis dengan beliau meskipun hanya sebentar, termasuk pula orang yang meriwayatkan hadis dari beliau maupun tidak. Demikian juga orang yang pernah melihat beliau meskipun tidak duduk dalam majelis beliau, atau orang yang tidak pernah melihat beliau karena buta akan, akan tetapi pernah bertemu dengan beliau. Dan yang juga termasuk dalam definisi ini, orang yang beriman lalu murtad (keluar dari Islam) kemudian kembali lagi ke dalam Islam dan wafat dalam keadaan Islam, seperti Asy’ats bin Qois radiyallahu’anhu”.
Adapun orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hidup satu masa dengan beliau tetapi belum pernah berjumpa dengan beliau maka tidak dinamai “sahabat”, seperti halnya Raja Najasyi.
Persyaratan yang paling pokok agar bisa disebut “sahabat” adalah beriman kepada Rasulullah SAW dan meninggal dalam keadaan Islam. Oleh karena itu, orang yang bertemu dengan beliau dan beriman kepada beliau namun meninggal dalam keadaan murtad, bukan termasuk kategori sahabat, seperti Ubaidillah bin Jahsy. Pada awalnya ia masuk Islam, kemudian hijrah ke Habasyah dan setelah itu Ubaidillah bin Jahsy memeluk agama Nashrani dan meninggal dalam kekufurannya.
Sahabat sebagai orang terdekat Rasulullah SAW tentunya merupakan orang-orang kepercayaan Rasulullah SAW, menjadi orang-orang terdepan menolong Rasulullah dalam menyampaikan risalah Islam. Masa-masa dimana Islam pertama kali disebar merupakan masa-masa sulit dimana nyawa adalah taruhannya, peperangan merupakan suatu yang wajib dilajalani bagi para sahabat untuk mempertahankan Islam. Harta, benda, dan keluarga juga turut dikorbankan. Tetapi hal ini bukan menjadi halangan bagi Rasulullah dan para sahabat untuk terus melangkah karena Allah SWT berada di belakangan kaum muslimin. Ini terlihat dan dirasakan jelas oleh Rasulullah SAW dan sahabat saat berada di medan perang, sebagimana firman Allah SWT di surat at-Taubah ayat 40 yang artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Abu Bakar ash-Shiddiq
Beliau dilahirkan dua tahun beberapa bulan setelah lahirnya Rasulullah SAW, beliau tumbuh di kota Makkah dan beliau tidak meninggalkan kota tempat tinggalnya kecuali untuk tujuan berdagang. Beliau adalah penghulu suku Quraisy dan ahlu syura diantara mereka pada zaman jahiliyah. Beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah. Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripada beliau, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali masuk Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhum.
Di awal keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak 40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal radhiyallahu ‘anhu. Beliau selalu mengiringi Rasulullah SAW selama di Makkah, bahkan dia lah yang mengiringi beliau ketika bersembunyi di dalam gua dalam perjalanan hijrah hingga sampai ke kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh peperangan yang diikuti Rasulullahu SAW baik perang Badar, Uhud, Khandaq, penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata,: “Kami memilih orang-orang di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar, kemudian Utsman”. Dan Imam Ath-Thabari menambahkan di kitabnya ‘Al-Kabir’ maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui hal itu dan berkata : “Tidaklah seorang nabi pun kecuali ia memiliki dua wazir (pendamping) dari penduduk langit dan dua wazir dari penduduk bumi, adapun pendampingku dari penduduk langit adalah malaikat Jibril dan Mika’il, sedangkan pendampingku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar”.
Umar bin Khattab
“Ya Allah…buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab.” Salah satu dari doa Rasulullah SAW pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, mencetak mata uang dirham, dan masih banyak lagi pencapaian-pencapaian yang diraih Umar bin Khattab.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.” Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya.
Utsman bin Affan
Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya. Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Islam dan masyarakat umum.
Sebagai Contoh :
1.     Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
2.     Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
3.     Beliau mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
4.     Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Ali bin Abi Thalib
Ia di kenal sebagai jagoan bangsa Arab yang mempunyai kemahiran memainkan pedang dengan tangguh. Sementara itu, baju besi yang dimilikinya berbentuk tubuh bagian depan di kedua sisi, dan tidak ada bagian belakangnya. Ketika di tanya, “Mengapa baju besimu itu tidak dibuatkan bagian belakangnya, hai Abu Husein?” Maka Ali bin Abi Thalib akan menjawabnya dengan mudah, “Kalau seandainya aku menghadapi musuhku dari belakang, niscaya aku akan binasa.” Ia adalah sosok yang sempurna, penuh dengan kemuliaan. Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk dalam perkara yang syubhat dan tidak pernah melalaikan syari’at. Seorang yang zuhud, dan memilih hidup dalam kesederhanaan. Ia makan cukup dengan berlaukkan cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. Memakai pakaian yang kasar, sekadar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin menghempas. Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar dan memilih untuk tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian butiran-butiran air di lautan.
Ia bersikap lembut, sehingga banyak orang yang sezaman dengannya melihat ia sedang bergurau, padahal hal itu adalah suatu bagian dari sifat kesempurnaan yang melihat apa yang ada di balik sesuatu, dan memandang kepada kesempurnaan. Ia menginginkan agar realitas yang tidak sempurna berubah menjadi lurus dan meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan adalah ‘anak’ dari kritik. Dan ia adalah ‘anak’ dari filsafat. Menurutku, gurauan yang tepat adalah suatu tanda ketinggian intelektualitas para tokoh pemikir dalam sejarah.
Ia terkenal dengan kefasihannya, sehingga ucapan-ucapannya mengandung nilai-nilai sastra arab yang jernih dan tinggi. Baik dalam menciptakan peribahasa maupun hikmah. Ia juga mengutip dari redaksi Al Quran, dan hadits Rasulullah SAW, sehingga menambah benderang dan semerbak kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di puncak kefasihan bahasa dan sastra Arab.
Kisah empat orang sahabat yang juga merupakan khalifah tersebut merupakan sedikit kisah dari banyak para sahabat Rasulullah SAW lainnya yang pantas kita teladani. Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radiyallahu’anhum adalah empat orang sahabat diantara sepuluh orang sahabat yang dijamin oleh Allah SWT untuk masuk surga. Jelas, dengan komitmen dan keistiqomahan merekalah yang menjadikan mereka mendapatkan tempat tertinggi di mata Allah SWT dan Rasul-Nya. Begitu pula dengan sahabat-sahabat Rasulullah SAW lainnya, membela Islam dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridha Allah SWT.
Tidak terkecuali kita, sebagai umat penerus dan pengemban estafet dakwah Rasulullah SAW memiliki kewajiban untuk selalu menebar hikmah dan menegakkan pilar Islam di tengah-tengah kehidupan sekarang ini yang penuh dengan ‘kegoncangan’ iman. Meneladani kisah-kisah sahabat dapat memupuk rasa cinta kita terhadap Islam dan menambah keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah genarasiku, kemudian generasi sesudahnya, kemudian generasi sesudahnya lagi”. (HR: Bukhori, Ahmad, Tirmidzi).
Ibnu Mas’ud radiyallahu’anhu mengatakan: “Barang siapa di antara kalian yang ingin mencari teladan, maka teladanilah para sahabat Nabi SAW. Sesungguhnya mereka adalah umat yang palik baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit membebani dirinya, paling lurus petunjuknya dan paling bagus keberadaannya. Mereka adalah kaum yang Allah pilih untuk menemani Rasulullah SAW. Ketahuilah, pada mereka ada banyak keutamaan, ikutilah atsar-atsar mereka, sesungguhnya mereka berada pada petunjuk yang lurus”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar