”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”
(Q.S. at-Taubah: 100) Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani mengatakan: “Sahabat adalah orang yang bertemu Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal di atas Islam, termasuk orang yang bermajelis dengan beliau meskipun hanya sebentar, termasuk pula orang yang meriwayatkan hadis dari beliau maupun tidak. Demikian juga orang yang pernah melihat beliau meskipun tidak duduk dalam majelis beliau, atau orang yang tidak pernah melihat beliau karena buta akan, akan tetapi pernah bertemu dengan beliau. Dan yang juga termasuk dalam definisi ini, orang yang beriman lalu murtad (keluar dari Islam) kemudian kembali lagi ke dalam Islam dan wafat dalam keadaan Islam, seperti Asy’ats bin Qois radiyallahu’anhu”.
Adapun orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, hidup satu masa dengan beliau tetapi belum
pernah berjumpa dengan beliau maka tidak dinamai “sahabat”, seperti
halnya Raja Najasyi.
Persyaratan yang
paling pokok agar bisa disebut “sahabat” adalah beriman kepada Rasulullah SAW
dan meninggal dalam keadaan Islam. Oleh karena itu, orang yang bertemu dengan
beliau dan beriman kepada beliau namun meninggal dalam keadaan murtad, bukan
termasuk kategori sahabat, seperti Ubaidillah bin Jahsy. Pada awalnya ia masuk
Islam, kemudian hijrah ke Habasyah dan setelah itu Ubaidillah bin Jahsy memeluk
agama Nashrani dan meninggal dalam kekufurannya.
Sahabat sebagai orang
terdekat Rasulullah SAW tentunya merupakan orang-orang kepercayaan Rasulullah
SAW, menjadi orang-orang terdepan menolong Rasulullah dalam menyampaikan
risalah Islam. Masa-masa dimana Islam pertama kali disebar merupakan masa-masa
sulit dimana nyawa adalah taruhannya, peperangan merupakan suatu yang wajib
dilajalani bagi para sahabat untuk mempertahankan Islam. Harta, benda, dan
keluarga juga turut dikorbankan. Tetapi hal ini bukan menjadi halangan bagi
Rasulullah dan para sahabat untuk terus melangkah karena Allah SWT berada di
belakangan kaum muslimin. Ini terlihat dan dirasakan jelas oleh Rasulullah SAW
dan sahabat saat berada di medan perang, sebagimana firman Allah SWT di surat
at-Taubah ayat 40 yang artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad)
maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka
Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang
kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Abu Bakar
ash-Shiddiq
Beliau dilahirkan
dua tahun beberapa bulan setelah lahirnya Rasulullah SAW, beliau tumbuh di kota
Makkah dan beliau tidak meninggalkan kota tempat tinggalnya kecuali untuk
tujuan berdagang. Beliau adalah penghulu suku Quraisy dan ahlu syura diantara
mereka pada zaman jahiliyah. Beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh
pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak
toleransi, penyabar, memiliki azimah (keinginan keras), faqih, paling mengerti
dengan garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada
Allah dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala
syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di
sisi Allah, serta lembut dan ramah. Abu Bakar adalah lelaki yang pertama kali
memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam daripada beliau,
adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali masuk Islam, sementara
Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari golongan budak.
Ternyata
keislaman Abu Bakar paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum
muslimin dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang
tinggi dan semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya
maka masuk mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin
Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin
Ubaidillah radhiyallahu ‘anhum.
Di awal
keislamannya beliau menginfakkan di jalan Allah apa yang dimilikinya sebanyak
40.000 dirham, beliau banyak memerdekakan budak-budak yang disiksa karena
keislamannya di jalan Allah, seperti Bilal radhiyallahu ‘anhu. Beliau
selalu mengiringi Rasulullah SAW selama di Makkah, bahkan dia lah yang
mengiringi beliau ketika bersembunyi di dalam gua dalam perjalanan hijrah
hingga sampai ke kota Madinah. Di samping itu beliau juga mengikuti seluruh
peperangan yang diikuti Rasulullahu SAW baik perang Badar, Uhud, Khandaq,
penaklukan kota Makkah, Hunain maupun peperangan di Tabuk.
Imam al-Bukhari
meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau
berkata,: “Kami memilih orang-orang di masa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, maka kami memilih Abu Bakar kemudian Umar, kemudian Utsman”. Dan
Imam Ath-Thabari menambahkan di kitabnya ‘Al-Kabir’ maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mengetahui hal itu dan berkata : “Tidaklah seorang nabi pun
kecuali ia memiliki dua wazir (pendamping) dari penduduk langit dan dua wazir
dari penduduk bumi, adapun pendampingku dari penduduk langit adalah malaikat
Jibril dan Mika’il, sedangkan pendampingku dari penduduk bumi adalah Abu Bakar
dan Umar”.
Umar bin Khattab
“Ya
Allah…buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua orang
ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab.” Salah satu dari doa Rasulullah
SAW pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih
lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin
Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin
Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Keislaman beliau
telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau
adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan
urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan,
merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah.
Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan
as-Sunnah setelah Abu Bakar ash-Shiddiq.
Selain pemberani,
Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh
Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin
Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi
diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih
berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin
Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan
konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf,
menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara
(Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih
dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran,
membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal
laut untuk perdagangan, mencetak mata uang dirham, dan masih banyak lagi
pencapaian-pencapaian yang diraih Umar bin Khattab.
Namun dengan
begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang
pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi
kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar
bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya
dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang
khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk
menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata,
”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar
merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.” Beliaulah yang lebih
dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan
minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya.
Utsman bin Affan
Utsman adalah
seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang
kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan
Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki
kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya. Utsman bin Affan
adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi.
Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Islam dan
masyarakat umum.
Sebagai Contoh :
1.
Utsman
bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000
dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur
itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
2.
Memperluas
Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
3.
Beliau
mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan
pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi
tersebut.
4.
Pada
masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut
dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Ali bin Abi Thalib
Ia di kenal
sebagai jagoan bangsa Arab yang mempunyai kemahiran memainkan pedang dengan
tangguh. Sementara itu, baju besi yang dimilikinya berbentuk tubuh bagian depan
di kedua sisi, dan tidak ada bagian belakangnya. Ketika di tanya, “Mengapa baju
besimu itu tidak dibuatkan bagian belakangnya, hai Abu Husein?” Maka Ali bin Abi
Thalib akan menjawabnya dengan mudah, “Kalau seandainya aku menghadapi musuhku
dari belakang, niscaya aku akan binasa.” Ia adalah sosok yang sempurna, penuh
dengan kemuliaan. Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk dalam perkara
yang syubhat dan tidak pernah melalaikan syari’at. Seorang yang zuhud, dan
memilih hidup dalam kesederhanaan. Ia makan cukup dengan berlaukkan cuka,
minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. Memakai pakaian yang
kasar, sekadar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala
hawa dingin menghempas. Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan
berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar dan memilih untuk tidak
mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat.
Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan seirama
dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian butiran-butiran air
di lautan.
Ia bersikap
lembut, sehingga banyak orang yang sezaman dengannya melihat ia sedang
bergurau, padahal hal itu adalah suatu bagian dari sifat kesempurnaan yang
melihat apa yang ada di balik sesuatu, dan memandang kepada kesempurnaan. Ia
menginginkan agar realitas yang tidak sempurna berubah menjadi lurus dan
meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan adalah ‘anak’ dari kritik. Dan ia
adalah ‘anak’ dari filsafat. Menurutku, gurauan yang tepat adalah suatu tanda
ketinggian intelektualitas para tokoh pemikir dalam sejarah.
Ia terkenal
dengan kefasihannya, sehingga ucapan-ucapannya mengandung nilai-nilai sastra
arab yang jernih dan tinggi. Baik dalam menciptakan peribahasa maupun hikmah.
Ia juga mengutip dari redaksi Al Quran, dan hadits Rasulullah SAW, sehingga
menambah benderang dan semerbak kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di
puncak kefasihan bahasa dan sastra Arab.
Kisah empat orang
sahabat yang juga merupakan khalifah tersebut merupakan sedikit kisah dari
banyak para sahabat Rasulullah SAW lainnya yang pantas kita teladani. Abu Bakar
ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radiyallahu’anhum
adalah empat orang sahabat diantara sepuluh orang sahabat yang dijamin oleh
Allah SWT untuk masuk surga. Jelas, dengan komitmen dan keistiqomahan merekalah
yang menjadikan mereka mendapatkan tempat tertinggi di mata Allah SWT dan
Rasul-Nya. Begitu pula dengan sahabat-sahabat Rasulullah SAW lainnya, membela
Islam dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridha Allah SWT.
Tidak terkecuali
kita, sebagai umat penerus dan pengemban estafet dakwah Rasulullah SAW memiliki
kewajiban untuk selalu menebar hikmah dan menegakkan pilar Islam di
tengah-tengah kehidupan sekarang ini yang penuh dengan ‘kegoncangan’ iman.
Meneladani kisah-kisah sahabat dapat memupuk rasa cinta kita terhadap Islam dan
menambah keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasullah SAW
bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah genarasiku, kemudian
generasi sesudahnya, kemudian generasi sesudahnya lagi”. (HR: Bukhori,
Ahmad, Tirmidzi).
Ibnu Mas’ud radiyallahu’anhu
mengatakan: “Barang siapa di antara kalian yang ingin mencari teladan, maka
teladanilah para sahabat Nabi SAW. Sesungguhnya mereka adalah umat yang palik
baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit membebani dirinya, paling
lurus petunjuknya dan paling bagus keberadaannya. Mereka adalah kaum yang Allah
pilih untuk menemani Rasulullah SAW. Ketahuilah, pada mereka ada banyak
keutamaan, ikutilah atsar-atsar mereka, sesungguhnya mereka berada pada
petunjuk yang lurus”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar